Abd. Majid dan Harapan Baru untuk Kota Batu

Batu | Serulingmedia.com – Di sudut Kota Batu, terlihat sebuah banner yang menarik perhatian warga, bertuliskan “Cak Majid, walikotane saiki wajahe sampean, Gak masang Foto a??? Oleh Tim Independen.”
Pesan ini seolah mengisyaratkan keinginan warga ( independen ) agar saatnya Abd. Majid, seorang tokoh yang sudah dikenal luas di Kota Batu, untuk kembali maju dalam pemilihan wali kota.
Ini bukan pertama kalinya nama Abd. Majid terdengar di kancah politik Kota Batu. Sudah dua kali ia mencalonkan diri sebagai calon wali kota, dan kini banyak masyarakat yang berharap ia kembali mencalonkan diri untuk ketiga kalinya.
Abd. Majid bukanlah sosok asing di Kota Batu. Sebagai tokoh yang sudah dua kali bertarung dalam pemilihan, ia memiliki rekam jejak yang kuat dalam kehidupan politik kota ini.
Kepemimpinannya, pemikirannya, dan perhatiannya terhadap masyarakat telah membuatnya menjadi figur yang dihormati dan diinginkan oleh banyak warga. Tak heran jika banyak yang mendesaknya untuk kembali maju dalam pemilihan wali kota.
Banner yang terpasang di sudut kota itu adalah bukti nyata dukungan masyarakat yang terus mengalir. Bukan hanya sekedar seruan untuk mencalonkan diri, tapi juga simbol dari harapan besar warga Kota Batu akan perubahan.
Dengan pengalaman dan dedikasinya, banyak yang percaya bahwa Abd. Majid bisa membawa Kota Batu ke arah yang lebih baik.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah: mengapa Abd. Majid belum memasang fotonya? Apakah ini strategi politik, ataukah ia sedang menimbang-nimbang langkah selanjutnya dengan hati-hati?
Dalam dunia politik, setiap gerakan memiliki makna, dan keputusan untuk tidak memasang foto bisa menjadi bagian dari pendekatan yang lebih hati-hati dan matang.
Pemasangan foto kandidat dalam kampanye merupakan hal yang sudah sangat lazim. Foto dianggap sebagai alat penting untuk memperkenalkan sosok calon pemimpin kepada masyarakat.
Namun, bagaimana jika seorang calon pemimpin memilih untuk tidak memasang foto dirinya di setiap sudut kota? Pertanyaan ini relevan untuk Cak Majid, seorang kandidat walikota yang mendapatkan sorotan karena keputusannya untuk tidak memasang foto dalam kampanyenya.
Cak Majid, dengan segala kesederhanaan dan integritasnya, adalah sosok yang berbeda dari kebanyakan kandidat. Dalam benaknya, menjadi pemimpin bukan tentang seberapa besar foto dirinya terpampang di baliho-baliho raksasa, melainkan tentang seberapa besar manfaat yang bisa dia bawa bagi masyarakat.
Filosofi ini menjadi landasan keputusannya untuk tidak memasang foto, sebuah langkah yang mungkin terlihat aneh di mata sebagian orang, tetapi penuh makna bagi mereka yang memahami esensi kepemimpinan.
Cak Majid memilih untuk tampil beda dengan tidak menonjolkan wajah, tetapi menonjolkan gagasan. Baginya, visi, misi, dan program kerja adalah hal yang jauh lebih penting daripada sekadar gambar diri. Ketika kandidat lain sibuk memoles citra dan wajah mereka, Cak Majid fokus pada substansi yang ingin dia bawa ke dalam pemerintahan.
Dalam hal ini, dia lebih memilih untuk dikenal melalui karya dan tindakan nyata daripada citra visual yang terkadang bisa menipu. Cak Majid juga ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa politik tidak harus selalu berbalut kemewahan dan pencitraan.
Dia percaya bahwa pemimpin yang baik adalah mereka yang bisa hadir di tengah-tengah masyarakat, mendengarkan keluhan dan aspirasi mereka, serta memberikan solusi yang konkret, bukan mereka yang hanya muncul di papan iklan dan poster kampanye.
Keputusan Cak Majid untuk tidak memasang foto, karena dia percaya bahwa kekayaan sejati seorang pemimpin terletak pada keikhlasan dalam melayani. Akhir kata, Cak Majid telah menunjukkan bahwa keberanian untuk berbeda dan keluar dari kebiasaan umum dalam politik bukanlah sebuah kelemahan.
Sebaliknya, hal tersebut adalah sebuah kekuatan yang menunjukkan bahwa masih ada harapan bagi politik yang lebih bermakna, politik yang tidak hanya sebatas citra tetapi juga berisi keinginan tulus untuk melayani dan membawa perubahan yang nyata.
Bagi warga Kota Batu, sosok Abd. Majid bukan hanya sekedar calon wali kota, tetapi harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Di tengah dinamika politik yang terus berkembang, kehadiran seorang pemimpin yang dikenal, dipercaya, dan telah menunjukkan komitmennya adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan.
Banner ini tidak hanya mengajak Abd. Majid untuk kembali berjuang, tetapi juga menjadi refleksi dari suara masyarakat yang ingin melihat perubahan nyata di kota mereka.
Kota Batu, dengan segala potensinya, membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki visi, tetapi juga memiliki koneksi yang kuat dengan masyarakat.
Abd. Majid, dengan segala pengalamannya, bisa menjadi jawaban dari harapan tersebut. Kini, saatnya warga menunggu keputusan dari Cak Majid, apakah ia akan kembali berjuang untuk menjadi pemimpin Kota Batu, atau memilih untuk memberi kesempatan kepada yang lain.
Yang pasti, banner tersebut telah menunjukkan bahwa harapan masyarakat masih sangat besar kepada dirinya.( Eno ).