Ubah Hafalan Jadi Pemahaman! Dosen UIN Malang Guncang Workshop Bahasa Arab dengan Pendekatan Psikokognitif

IMG_20251018_061539

Malang | Serulingmedia.com –Pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia dinilai masih terjebak dalam pola lama: hafalan struktur dan bentuk tanpa pemahaman mendalam.

Dosen Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Arief Rahman Hakim, M.Pd., menggugah kesadaran para guru untuk bertransformasi dengan pendekatan psikokognitif—yakni memahami bagaimana otak memproses bahasa dari kesadaran menuju otomatisasi.

Seruan perubahan itu disampaikan Arief dalam Workshop Peningkatan Profesionalisme Guru Bahasa Arab, yang digelar di Aula MAN 1 Jember, Rabu (15/10/2025).

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang dengan MGMP Bahasa Arab se-Kabupaten Jember.

Dalam pemaparannya, Arief menegaskan bahwa belajar bahasa tidak cukup hanya dengan latihan membaca atau menghafal tata bahasa.

Lebih penting, kata dia, guru perlu memahami cara kerja otak siswa saat menerima dan memproduksi bahasa.

“Siswa sering kali hanya mengenali bentuk kata, tetapi belum memahami maknanya. Di sinilah tugas guru membantu mereka berpindah dari proses berpikir sadar menuju otomatisasi,” ujarnya.

Arief juga mengutip teori The Automatic Information Processing Model oleh Stanley LaBerge dan Jay Samuels (1974) yang menjelaskan bahwa membaca merupakan proses mental yang memadukan perhatian (attention) dan otomatisasi (automaticity).

Semakin otomatis seseorang memproses bahasa, semakin efisien pula ia memahami teks.

Menurutnya, otomatisasi dalam berbahasa membantu siswa menghemat daya perhatian, meningkatkan efisiensi belajar, dan menumbuhkan kepercayaan diri dalam menggunakan Bahasa Arab.

“Ketika berbicara atau membaca sudah otomatis, siswa tak perlu lagi berpikir keras tentang struktur. Fokus mereka langsung ke makna. Di situlah bahasa menjadi hidup dan menyenangkan,” tambahnya.

Arief menjelaskan bahwa pendekatan psikokognitif dapat diterapkan dalam empat keterampilan berbahasa—mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Misalnya, melalui latihan pola berulang bermakna (meaningful repetition), atau latihan pengenalan variasi kalimat sederhana seperti من هذا؟ هذا طالب menjadi من هذه؟ هذه طالبة.

“Guru harus mendesain pengalaman belajar yang mengubah proses sadar menjadi proses intuitif,” tegasnya.

Workshop yang diikuti puluhan guru Bahasa Arab dari berbagai madrasah di Jember ini berlangsung interaktif dan inspiratif.

Para peserta aktif berdiskusi dan mempraktikkan model pembelajaran baru yang dipandu langsung oleh Arief Rahman Hakim.

Mereka mengaku mendapatkan perspektif segar tentang pentingnya memahami cara kerja kognitif siswa dalam belajar bahasa.

Dengan semangat pembaruan itu, Arief berharap para guru Bahasa Arab di seluruh Indonesia mulai beralih dari pengajaran berbasis hafalan menuju pengajaran berbasis pemahaman dan pemrosesan otak—agar Bahasa Arab benar-benar menjadi bahasa yang hidup di kelas, bukan sekadar kumpulan kaidah yang dihafal.( Eno).